Sabtu, 12 Februari 2011

PEMERIKSAAN FISIK HEWAN EKSOTIK

LEARNING OBJECTIVE
  1. HANDLING DAN RESTRAIN HEWAN EKSOTIK (ULAR & KURA-KURA)
  2. PEMERIKSAAN FISIK HEWAN EKSOTIK (ULAR & KURA-KURA)
  3. JENIS-JENIS ANESTESI

Handling dan Restrain Hewan Eksotik (Ular & Kura-Kura)
Handling ular harus mengetahui beberapa prinsip:
Ukuran panjang
Manusia dewasa sendirian dan "dalam keadaan terpaksa" masih mampu handling phyton dengan panjang maksimal 3 meter. Lebih panjang dari itu akan kesulitan karena tenaga dan serangannya lebih berbahaya. perkirakan aja panjangnya.
Agresifitas si ular
Karakter ular berbeda beda, bahkan meski itu sama sama ular reticulatus tapi sifat amarahnya berbeda satu dengan yang laen. Dengan memahami karakter si ular yang akan kita handling, kita akan lebih berhati hati melakukan proses penanganan dengan aman.
Posisi dan lokasi
Cek posisi kita dan liat sekeliling kita. Perlu luasan tanah yang cukup untuk handling ular besar. Kanan kiri harus aman, jangan ada orang lain yang justru akan terancam saat kita handling ular. Setelah itu mulailah dari memegang ekor untuk mengendalikan ular. Pegang ekor jangan terlalu ujung, tapi agak maju setelah kloaka, biarkan separo badan ke arah kepala tetap melata di tanah. Jangan berusaha di angkat. Pemegang ekor selalu berada di belakang arah kepala artinya hindari berhadapan langsung dengan pandangan depan ular.

Ular cenderung akan memberontak, berusaha melepaskan dirinya dengan jalan:
  1. mengeluarkan kotoran
  2. memutar badan nya
  3. menarik ke depan.
Snake Handler perorangan bisa menggunakan alat atau tanpa alat. Jika tanpa alat, maka yang di andalkan adalah kemampuan membaca kondisi ular dan ketepatan memegang, selain tentu saja keberanian yang terlatih. Menggunakan alat cenderug lebih aman dan tidak beresiko terhadap diri sendiri. Disarankan untuk handling ular besar minimal 2 orang, 1 orang memegang ekor, dan satu orang berusaha pegang kepalanya.
Jika menggunakan alat, selain pake bambu besar untuk menekan kepalanya, bisa juga dengan teknik matador, menutup dulu mata ular dengan kain baru di tangkap. Setelah kepala tertangkap, hati-hati terhadap belitannya, si ular pasti akan membelit. Berikan hanya satu tangan saja jika dia membelit, jangan sampai kedua tangan kita terbelit bersamaan. Begitu juga dengan kaki. Jika memang akan dibelit, kaish satu kaki saja. Jangan kedua kaki sampai kebelit agar kita masih tetap pasang kuda-kuda dan tidak terbanting ke tanah. Upayakan segera si kepala ular masuk kedalam kantong. setelah didalam kantong, lepaskan belitannya. Proses ini akan membutuhkan ketenangan dan tenaga ekstra karena jika salah membuka belitan, tulang ular akan patah. Buka belitan dari ekor keluar lingkaran, bukan dari kepala. Pastikan pegangan di kepala tidak kencang dan juga tidak terlalu kendor agar tak terlepas. Setelah ular aman di kantong, bawa dan lepaskan kembali ke lingkungan yang jauh dari pemukiman (Anonim., 2009).


Pemeriksaan Fisik Hewan Eksotik (Ular & Kura-Kura)
  1. Registrasi pasien; nama pemilik, alamat, nomor telepon, jenis satwa, nama satwa dan signalement (breed, sex, age, specific pattern)
  2. Anamnesa, terbagi menjadi prehistory
  3. Handling dan restrain, lakukan inspeksi jarak jauh dan dekat. Ular yang sehat mempunyai kulit lentur, muskulus penuh dan apabila ular sakit akan cenderung diam atau menjadi agresif karena kesakitan. Kura-kura yang sehat matanya bersinar, karapas dan plastron normal dengan ekstremitas, jari dan kuku yang normal, sedangkan kura-kura yang sakit akan diam, kepala masuk shell atau terkulai, mata tertututp dan malas bergerak.
  4. Frekuensi nafas dan pulsus: Frekuensi nafas ular dapat dilihat pada 1/3 – ½ panjang tubuhnya. Pada kura-kura dapat diketahui dengan cara memperhatikan lipatan kulit diantara karapas/plastron dan kaki depan serta belakan. Frekuensi pulsus ular dihitung langsung dari jantung secara palpasi maupun auskultasi. Sedangkan pada kura-kura yang tertutup oleh shell dapat dilakukan pada jantung dan arteri femoralis tetapi sulit untuk dilakukan
  5. Kulit dan rambut. Palpasi dilakukan pada tubuh reptile, reptil yang sehat mempunyai turgor kulit yang baik (kura-kura tidak dapat diukur tingkat turgor kulitnya), bersih dan mengkilat
  6. Selaput lendir. Gingiva reptil berwarna pink pucat sampai putih, beberapa ular berwarna hitam dan coklat kehitaman pada beberapa spesies kura-kura
  7. Sistem Pernafasan. Inspeksi dilakukan untuk melihat melihat lubang hidung, glottis, dan paru-paru saat bernafas. Pada reptil sehat akan terdenga suara vesikuler
  8. Sistem Peredaran darah. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan auskultasi jantung. Dan untuk pengambilan sampel darah pada ular dilakukan pengambilan pada v. cogcygeal ventralis, palatina dorsalis, dan intracardial. Sedangkan pada kura-kura dilakukan pada v. femoralis, v. brachialis, saccus nuchalis, dan intrakardia
  9. Sistem pencernaan. Inspeksi mulut, rongga mulut dan gigi dilakukan untuk melihat adanya abnormalitas, palpasi lambung, usus, kolon, dan rektum pada ular tapi pada kura-kura tidak dapat dilakukan
  10. Sistem kelamin dan perkencingan. Sexing reptile dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu; visual/inspeksi, popping dan probing
  11. Sistem syaraf dan anggota gerak. Dilakukan pemeriksaan tonus otot, gerak kepala, ekstremitas, dan seringnya menjulurkan lidah
  12. Pemeriksaan laboratorium. Terutama pemeriksaan sampel darah, feses, dan ektoparasit
  13. Diagnosa, prognosa, dan terapi (Boddie., 1962).

Jenis-Jenis Anestesi
Anestesi merupakan obat yang menyebabkan hilangnya perasaan. Anesthesia artinya hilangnya perasaan (Anief., 1995).
Anestesi terdiri dari 2 jenis:
a. Anestesi umum
Contoh: Chloroform, Aether, Halothanum.
b. Anestesi lokal
Contoh: Aethylis Aminobenzoas, Aethylis Chloridum, Chlorbutanolum, Cocaini Hydrochloridum, Lidocaini Hydrochloridum, Procaini Hydrochloricum, dan Tetracaini Hydrochloridum (Anief., 1995).
Pada anestesi umum terjadi kehilangan segala modalitas perasaan dan kesadaran. Sedangkan pada anestesi lokal hanya terjadi kehilangan sensibilitas setempat, tanpa hilangnya kesadaran. Pada anestesi umum terjadi hambatan susunan syaraf pusat (SSP) dan pada anestesi lokal terjadi hambatan susunan syaraf perifer dan impuls tidak diteruskan ke otak (Anief., 1995).
Anestesi umum ialah obat yang menekan syaraf pusat (secara reversibel) sehingga menyebabkan kehilangan kesadaran, rasa sakit dan seluruh perasaan.

Stadia anestesi, dibagi jadi 3 yaitu:
Stadia I : Stadia analgesi
Penderita mengantuk tapi masih sadar. Rasa sakit berkurang dan pada akhir stadium hilang
Stadia II : Stadium eksitasi
Timbul gejala-gejala eksitasi, pupil dilatasi, nadi cepat dan kuat, respirasi tak teratur, gerak bola mata berlebihan
Stadia 3 : Stadia anestesi = stadium sirurgi (Anief., 1995).



DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2009. http://ajisioux.blogspot.com/

Anief., M. 1995. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Boddie., G.F. 1962. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. Philadelphia: J.B. Lippincott Company

http://www.snakehandler.com.au/?pid=main&p=58

http://www.geocities.com/capecanaveral/hangar/2437/pin.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar