- STANDAR “BREEDING SOUNDNESS EXAMINATION”
- TINGKAH LAKU KAWIN HEWAN JANTAN
- PERISTIWA YANG TERJADI PADA BULL (EKSTRINSIK & INSTRINSIK)
STANDAR “BREEDING SOUNDNESS EXAMINATION”
Breeding Soundness Examination (BSE) adalah pemeriksaan kemampuan dari bull untuk memproduksi sperma. Breeding Soundness Examination (BSE) dilakukan oleh dokter hewan dan pemeriksaan harus dilakukan paling lambat 30-60 hari sebelum musim perkawinan.
Pemeriksaan Breeding Soundness Examination (BSE) dibagi menjadi 3 yaitu:
- Diameter Scrotum
- Evaluasi fisik
- Evaluasi semen
Ukuran diameter testis merupakan pelengkap dari pemeriksaan BSE. Diameter dari testis berhubungan langsung jumlah sperma yang dihasilkan oleh pejantan. Setiap gram testis dapat memproduksi 15 juta sperma/hari. Total produksi sperma paling sedikit 6 milyar perhari. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa besarnya ukuran testis sapi jantan merupakan faktor keturunan.
Table 1: Minimum Recommended Scrotal Circumference in Centimeters by Age for Bullsa.
Umur (Bulan) Keliling Skrotum (cm)
15 30
>15 18 31
>18 21 32
>21 24 33
>24 34
>15 18 31
>18 21 32
>21 24 33
>24 34
(Adapted from the Breeding Soundness Evaluation Form, Society for Theriogenology, Hastings, NE).
Evaluasi fisik
Evaluasi fisik meliputi penampilan keseluruhan dari bull tersebut. Pemeriksaan dilakukan secara internal dan eksternal.
Evaluasi fisik meliputi penampilan keseluruhan dari bull tersebut. Pemeriksaan dilakukan secara internal dan eksternal.
Internal, pemeriksaan transrektal digunakan untuk mengevaluasi kesehatan organ atau saluran reproduksi sekunder sapi pejantan yang meliputi uretra, prostat, vesikula seminalis, ampulla dan vas deferen. Abnormalitas biasanya terjadi inflamasi pada vesikula seminalis, kondisi tersebut dapat menyebabkan hewan pejantan menjadi infertil.
Eksternal, evaluasi bentuk scrotum adalah bagian terpenting dalam pemeriksaan eksternal. Idealnya, sapi jantan harus cukup gemuk, yang mempunyai BCS 6 merupakan standar untuk tubuh sapi sebelum dilakukan proses perkawinan. Produksi sperma hanya terjadi ketika suhu agak lebih rendah dari tubuh. Bentuk scrotum dapat mempengaruhi produksi sperma. Sebagai contoh sapi jantan yang mempunyai bentuk scrotum dan testis menempel atau melekat pada tubuh memiliki masalah dengan pengaturan suhu sehingga dapat menyebabkan subfertil. Sebagai alternative, sapi jantan dengan scotum yang terlalu menggantung dapat menyebabkan subfertil yang lebih besar karena kecenderungan mengayun dan rusak.
Palpasi testis dan epididimis dan pemeriksaan penis dapat mendeteksi abnormalitas yang dapat mempengaruhi performan dari perkawinan. Pemeriksaan kesehatan secara lengkap dari fisik atau kondisi hewan. Sapi jantan harus mempunyai bentuk yang baik dan penglihatan yang baik. Sapi sapi tersebut harus mampu berjalan dengan jarak yang panjang, kepincangan, radang sendi (arthritis), tapak kaki abses dan penyakit pada telapak kaki tidak hanya mempengaruhi kemampuan kawin tetapi juga mempengaruhi produksi sperma apabila sapi jantan menghabiskan waktu dengan berbaring. Abnormalitas pada sapi tersebut dapat mempengaruhi kualitas dan produksi semen.
Evaluasi semen
Motilitas semen, parameter standar untuk motilitas sperma tidak lebih dari 30%. Motilitas dari sperma tidak seharusnya digunakan sebagai ukuran kesuburan dari pejantan tersebut, hal ini dikarenakan faktor dari suhu, waktu, konsentrasi, kontaminasi dan metode evaluasi dapat mempengaruhi nilai motilitas semen.
Morpologi semen, morpologi normal sperma adalah 70%. Abnormalitas dari semen dibagi menjadi 2 yaitu faktor utama dan faktor sekunder, tergantung seperti apakah cacat yang terjadi didalam testis atau setelah sperma meninggalkan testis.
Abnormalitas dapat terjadi dari berbagai faktor seperti keturunan, kondisi yang stress, infeksi, meningkatnya suhu testis atau juga faktor lain. Abnormalitas yang terjadi dapat bersifat sementara ataupun permanen, maka sapi pejantan harus diuji lagi 6 sampai 8 minggu kemudian (www.vet-klinik.com).
Pemeriksaan Fisik
Kondisi tubuh sapi jantan harus bagus saat BSE karena sapi jantan akan kehilangan kondisi baik berat badan maupun staminanya selama musim kawin. Sistem lokomosi sapi jantan harus baik supaya dapat mendekati sapi betina dan mengawini sapi itu. Sistem penglihatan sapi jantan juga harus baik karena sapi jantan mengidentifikasi sapi betina estrus dengan matanya dan bukan dengan penciumannya. Jadi kalau matanya sakit, ia tak akan dapat mengetahui sapi yang estrus
Keadaan gigi sapi juga harus dicek karena sapi jantan perlu makan untuk tetap kuat selama musim kawin. Ada dua metode untuk mengetahui libido sapi jantan, yang pertama adalah dengan 'one bull method'. Metode ini membutuhkan satu sapi muda yang belum beranak yang direstrain. Sapi jantan diberi waktu 10 sampai 15 menit untuk melakukan mounting paling tidak sekali. Kalau sapi jantan tidak melakukan mounting dikatakan gagal dan harus mencoba lagi.Yang kedua adalah dengan 'multiple bull method' yang menggunakan 4 sapi muda yang belum beranak di dalam suatu daerah yang telah digarisi dengan 5 sapi jantan. Setiap sapi jantan harus mengawini setidaknya 3 kali dalam 40 menit.
Pemeriksaan penis. Ketika sapi jantan berejakulasi, pastikan sapi jantan mampu utnuk mengeluarkan penisnya. Phimosis adalah keadaan dimana sapi jantan tidak bisa mengeluarkan penisnya dan paramphimosis adalah keadaan dimana sapi jantan tidak bisa menarik penisnya masuk. Panjang penis yang dibutuhkan adalah penis harus mencapai hampir diantara kaki depan. Sapi jantan yang yang memiliki penis yang kecil tidak baik untuk pengawinan. Fibropapiloma pada penis sapi jantan mengakibatkan hemorrhage selama kawin dan mengakibatkan infertility
Pemeriksaan testis, bentuk skrotum penting untuk termoregulasi dari testis. Testis harus dilihat konsistensi dan ukurannya. Skrotum harus memiliki ’tangkai’. Testes harus bebas bergerak dalam skrotum dan testes seharusnya simetris. Testes dapat berotasi hingga 40 derajat dan ligamen scrotal dapat menyebabkan testes bisa ditarik dorsal dan caudal. Ukuran testes berkorelasi dengan produksi sperma sapi jantan dan usia pubertas anak sapi.
Penting juga untuk melakukan pemeriksaan epididimis untuk memastikan ada tidaknya epididimis dan epididimis tersebut tidak abnormal. Sapi jantan dengan testes kecil akan menghasilkan sperma yang lebih sedikit, pubertas yang lebih lambat untuk keturunannya, serta degenerasi estes yang lebih cepat. Keliling testes diukur dari bagian terlebar dari skrotum (www.vetmes.lsu.edu).
TINGKAH LAKU KAWIN HEWAN JANTAN
Peristiwa dalam tingkah laku hewan secara berurutan adalah keinginan seksual, percumbuan, ereksi, menaiki betina, intromisi ( insersi penis), ejakulasi, dan turun dari punggung betina. Peristiwa ini hanya berlangsung secara singkat pada domba dan sapi. Pada kuda dan babi, lama percumbuan dan kopulasi diperpanjang, dengan kopulasi sendiri kira-kira 10-20 menit pada babi.
Dalam pola percumbuan dari spesies terdapat beberapa perbedaan dan persamaan. Vokalisasi terjadi pada kebanyakan spesies, berupa lenguhan (bellowing) pada sapi, ringkikan (neighing) pada kuda, atau dengkur (grunt) pada babi dan domba. Membau (sniffing) genital betina dan urinasi terlihat pula. Pada sapi, domba dan kuda jantan akan menegakkan lehernya dan mencibirkan bibir atasnya. Berbagai rangsangan taktil termasuk menjilat-jilat dan menggigit merupakan bagian dari pola percumbuan pada kebanyakan pejantan. Seain itu, hewan jantan akan mencoba melindungi betinanya, memisahkannya dari jantan dan betina lain. Dengan demikian, jantan yang dominan mencegah kopulasi jantan yang kurang dominan.
Regulasi Tingkah Laku Kawin
Pengaruh hormon testosteron akan meningkatkan aktivitas seksual sampai suatu ambang tertentu. Testosteron juga berinteraksi dengan faktor lain dalam memperoleh respon penuh.
Interaksi seksual dan sosial. Pengalaman sosial perkembangan sebelum mencapai pubertas merupakan hal-hal yang penting untuk memperoleh aktivitas seksual yang penuh. Jantan-jantan yang dipelihara dalam isolasi yang sempurna tidak pernah berkembang tingkat aktivitas seksualnya setinggi jantan-jantan yang dipelihara dalm kelompok sosial.
Indera tertentu sangat penting untuk respon kawin jantan. Indera pembau, peraba, dan penglihat mungkin paling penting, seperti pada betina. Feromon yang ditemukan dalam urin betina merupakan rangsangan terhadap hewan jantan. Ereksi dan ejakulasi serta perawatan libido, kelelahan seksual, dan kejenuhan seksual (anonim., 2003/2004).
PERISTIWA YANG TERJADI PADA BULL (EKSTRINSIK & INSTRINSIK)
Dari hasil pemeriksaan semen pada bull skenario, semen menunjukkan gerakan massa (+), motilitasnya 60%, dan konsentrasi spermatozoanya < 1 juta/ml. jika dibandingkan dengan referensi sumber-sumber data:
Peringkat gerakan massa :
- 0 = tidak ada gerakan
- + = gerakan lambat
- ++ = gerakan cepat, pusaran pada ujung
- +++ = gerakan berpusar
Motilitas sperma yang bagus adalah 60% jika dalam kondisi optimal dan jika tidak sedang dalam kondisi optimal motilitas > 30% sudah cukup.
Konsentrasi spermatozoa pada sapi yang baik adalah 1200 juta/ml, sehingga dari data tersebut, bull memiliki konsentrasi spermatozoa yang kurang, gerakan massa lambat, tetapi memiliki motilitas yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2003/2004. Diktat Fisiologi Reproduksi Ternak I. Bag. Reproduksi & Kebidanan. FKH. UGM. Yogyakarta.
Mark F. Spire, 2008. Food Animal Health and Management Center. Kansas State University.
http://www.vetmed.lsu.edu/eiltslotus/theriogenology-5361/bull.htm
http://www.vetmed.lsu.edu/eiltslotus/Theriogenology-5361/stallion.htm
http://www.vet-klinik.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar