Sabtu, 29 Januari 2011

INFEKSI PROTOZOA SALURAN PENCERNAAN

LEARNING OBJECTIVE
1. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH PROTOZOA SEL PENCERNAAN, MELIPUTI:
  • ETIOLOGIS
  • PATOLOGIS
  • GEJALA KLINIS
  • DIAGNOSIS, &
  • PENANGANAN/PENGENDALIAN PENYAKIT

Balantidium coli
Balantidium coli adalah parasit protozoa yang terbesar yang menginfeksi orang. Organisme ini dijumpai pada daerah tropis dan juga daerah sub-tropis. Pada dasarnya protozoa ini berparasit pada babi, sedangkan strain yang ada, beradaptasi terhadap hospes definitif lainnya termasuk orang. Protozoa B. coli hidup dalam caecum dan colon manusia, babi, marmot, tikus dan hewan mamalia lainnya.
Trophozoit akan memperbanyak diri dengan pembelahan. Konjugasi hanya terjadi pada pemupukan buatan, secara alamiah jarang terjadi konjugasi. Fase cyste terjadi pada waktu inaktif dari parasit dan tidak terjadi reproduksi secara sexual ataupun asexual. Precyste terjadi setelah keluar melalui feses yang merupakan faktor yang penting dari epidemiologi penyakit. Infeksi terjadi bila cyste termakan oleh hospes yang biasanya terjadi karena kontaminasi makanan dan minuman. Balantiudium coli biasanya mati pada pH 5,0; infeksi terjadi bila orang mengalami kondisi yang buruk seperti malnutrisi dengan perut dalam kondisi mengandung asam lemah.
Patologik; Pada kondisi biasa, trophozoit memakan organisme paramaecium dan partikel kecil jaringan. Tetapi kadang protozoa dapat memproduksi enzim proteolytic yang dapat mendigesti epithel intestinum dari hospes. Organisme juga memproduksi hyaluronidase yaitu enzim yang dapat memperbesar ulcer. Ulcer (borok) biasanya berbentuk kerucut dengan leher kecil seperti kubangan dalam submukosa (seperti ulcer dari amebik). Koloni dari ulcer tersebut menyebabkan terjadinya infiltrasi sel radang lympocyte, polymorphonuklear leukosit dan perdarahan. Bila kejadian berlanjut dapat meyebabkan perforasi dari usus besar dan menyebabkan dysentri. Pada fase ini sering terjadi kematian.
 
Toxoplasmosis
Banyak spesies terserang parasit ini antara lain: carnivora, insectivora, rodentia, babi, herbivora, primata dan mamalia lainnya. Toxoplasma merupakan parasit intra seluler pada bermacam-macam jaringan tubuh termasuk otot dan epithel intestinum. Pada infeksi berat parasit dapat ditemukan dalam darah dan eksudat peritoneal. Daur hidupnya termasuk dalam epithel intestinum (enteroepithelial) dan fase “extraintestinal” terdapat dalam kucing rumah dan hewan piaraan lainnya. Reproduksi sexual dari toxoplasma terjadi pada waktu hidup dalam tubuh kucing, dan reproduksi asexual terjadi pada hospes lainnya.
Fase extra intestinal: dimulai pada waktu kucing atau hospes lainnya memakan oocyst yang bersporulasi atau termakan tachyzoid atau bradyzoites yang merupakan fase infektif. Oocyst dengan ukuran 10-13 um X 9-11 um pada dasarnya mirip dengan oocyst jenis isospora lainnya. Sporozoits keluar dari sporocyst, sebagian masuk kedalam sel epithel dan tinggal di lokasi tersebut, lainnya masuk kedalam mukosa dan berkembang di lamina propria, kelenjar lymfe mesenterica, organ lainnya dan dalam sel darah putih. Pada hospes lain seperti kucing tidak ada perkembangan di daerah enteroepithelial, tetapi sporocyst masuk dalam sel hospes dan memperbanyak diri dengan “endodyogeny”. Sel yang membelah diri secara cepat dan menyebabkan infeksi akut disebut “tachyzoits”. Sekitar 8-16 tachyzoit mengumpul dalam sel vacuola parasitophorus sebelum sel mengalami disintegrasi, bila parasit membebaskan diri dari sel tersebut merka akan menginfeksi sel lain. Tachyzoit tidak tahan terhadap sekresi asam lambung, tetapi tachyzoit bukanlah sumber infeksi yang penting dibanding fase lainnya.
Imunitas terhadap toxoplasma ada dua yaitu: imunitas “humoral” dan “cell mediated”. Dinding cyste dan bradyzoites sangat resisten terhadap pepsin dan trypsin dan bila tertelan parasit tersebut dapat menginfeksi hospes baru.
Fase enteroepithelial: Dimulai pada waktu kucing memakan zoitocyst yang berisi bradyzoits, oocyst yang berisi sporozoit atau tachyzoit. Kemungkinan lain adalah adanya migrasi zoit dari extraintestinal kedalam intestinal dalam tubuh kucing. Begitu parasit masuk sel epithel usus halus atau colon, parasit berubah menjadi trophozoit dan siap tumbuh untuk mengalami proses schizogony. Telah diteliti ada 5 strain toxoplasma yang dipelajari pada fase ini, dari yang memproduksi 2 sampai 40 merozoit dari scizogony, polygony, atau endodyogeni, dimana prosesnya asexual. Gametogony tumbuh di dalam usus terutama usus halus, tetapi sering terjadi dalam ileum. Sekitar 2-4% gametocyst adalah jantan yang masing-masing dapat memproduksi 12 microgamet. Oocyst yang ditemukan dalam feses kucing terjadi setelah 3-5 hari post infeksi dari cyste, dengan jumlah tertinggi pada hari ke 5-8. Oocyst memerlukan oksigen untuk sporulasi, sporulasi terjadi pada hari ke 1-5.
Patologi: Tipe enteroepithelial hanya hidup selama beberapa hari, terutama pada ujung vili. Tetapi fase extraepithelial, terutama yang berlokasi di retina atau otak, cenderung menyebabkan infeksi yang serius.
Infeksi pada umur dewasa biasanya tidak menunjukkan gejala (asymptomatik). Tetapi bila terjadi penurunan daya tahan oleh karena obat (obat imunosupresif seperti corticosteroid) gejala akan menjadi tampak. Infeksi yang memperlihatkan gejala (symptomatik infection) di kelompokkan dalam 3 kategori yaitu: infeksi akut, sub akut dan kronis.


Coccidiasis
Etiologi: Berak darah atau sering disebut dengan koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari genus Eimeria.
Ada 9 tipe dari eimeria yang sering menyerang unggas tapi yang pathogen hanya ada 2, yaitu:
· Eimeria tenella
· Eimeria necatrix
Faktor predisposisi:
Koksidiosis juga menyebabkan immunosupresif
Kasus Mareks, pemakaian anti koksidia, menyebabkan interferensi terhadap imunitas koksidia.
Kasus IBD (infectius bursal disease) dapat memperparah kejadian koksidiosis.
stress yang disebabkan ketika vaksinasi, potong paruh, panas, perubahan pakan.
Patogenesis: Siklus hidup dari eimeria secara langsung yaitu tanpa melalui hewan lain untuk menularkan penyakit ini. Ookista yang bersporulasi merupakan stadium infektif dari siklus hidup penyakit koksidia. Ookista dapat juga ditularkan secara mekanik melalui pekerja kandang, peralatan yang tercemar atau dalam beberapa kasus yang pernah terjadi dapat disebarkan melalui debu kandang dan litter dalam jangkauan pendek. Berat tidaknya penyakit ini tergantung dari jumlah protozoa yang termakan. Berdasarkan tingkat keparahannya penyakit koksidiosis atau berak darah dibagi menjadi 2 yaitu:
Koksidiosis klinis (Eimeria tenella dan Eimeria necatrix). Koksidiosis subklinis (Eimeria maxima dan Eimeria acervulina).
Gejala umum:
  • Ayam lesu lemah
  • Tidak mau makan
  • Pertumbuhan terhambat
  • Bulu kusam dan berdiri
  • Ayam yang terinfeksi koksidiosis senang bergerombol di sudut-sudut kandang
  • Diare mukoid sampai berdarah.
  • Kematian.
Diagnosis: Diagnosis untuk penyakit koksidiosis berdasarkan gejala klinis yang ditimbulkan. Dengan pemeriksaan feces akan ditemukan stadium oosista. Perubahan postmortum (lokasi lesi, tergantung spesiesnya). Pemeriksaan kerokan mukosa usus yang mengalami lesi (skizon: usus tengah patognomonik untuk Eimeria necatrix sedang pada sekum: (Eimeria tenella). Pembuatan preparat histologi untuk menemukan berbagai stadium Eimeria.
Pencegahan: Kontrol ditujukan untuk pencegahan terhadap koksidiosis dengan koksidiostat dalam pakan karena pengobatan setelah gejala klinis muncul akan terlambat.
Perbaikan menejemen kandang pemberian vaksin coccidia (baik melalui pakan maupun air minum) adalah yang perlu diperhatikan bagi pemilik unggas. Antikoksidia tidak boleh diberikan untuk ayam petelur serta penggunaan dosis harus tepat, dosis yang terlalu tinggi dari dosis yang direkomendasikan dapat menimbulkan efek seperti menghambat pertumbuhan, toksisitas pada layer, berinteraksi dengan mineral dan immunosupresif. Dosis yang tidak tepat juga menyebabkan resistensi koksi terhadap obat-obat tertentu juga penggunaan antikoksidia perlu dirotasi.

Giardiasis pada Anjing
Etiologi: Giardia lamblia (protozoa berflagel yang memiliki stadium baik tropis maupun cystic).
Patogenesis: Infeksi Giardia lamblia dimulai dengan masuknya kista melalui saluran pencernaan, masuk ke dalam usus. Proses selanjutnya adalah pelepasan trophozoit, yang diinisiasi di dalam perut oleh asam lambung. Lingkungan perut yang asam (pH ≤ 2) dan pH duodenum yang mendekati netral sangat penting untuk proses pelepasan trophozoit ini.
Trophozoit kemudian membelah dan bermigrasi ke dalam permukaan mikrovilus. Kolonisasi trophozoit terbatas pada distal duodenum dan proksimal jejenum. Ketika trophozoit bercampur dengan isi usus dan arus feses serta perubahan lingkungan, akan menyebabkan trophozoit mengkista. Kista keluar melalui feses setelah periode prepaten 6-14 hari (pada anjing). Siklus berulang setelah kista masuk hospes yang tepat. Giardiasis ditularkan melalui pakan dan minum yang terkontaminasi kista.
Gejala Klinis
Asimptomatis dan dapat sembuh dengan sendirinya
Gejala yang paling menonjol adalah diare
Berak menjadi lembut, berwarna pucat
Anak anjing atau kucing mengalami hambatan pertumbuhan karena gangguan absorpsi nutrisi
Diagnosa
Diagnosa Giardiasis dengan mendeteksi trophozoit dengan pemeriksaan mikroskopis terhadap preparat semar feses.
Flotasi sentrifugal dengan zinc sulfat dapat membantu mendeteksi kista pada sampel feses.
Larutan iodin yang diteteskan pada slide dapat membantu menampakkan organel spesifik kista giardial.

Radang Usus (Colitis)
Colitis adalah penyakit radang pada kolon (Usus besar)
Sinonim:
IBD (Inflamatori Bowel Disease)
SBS (Spastic Bowel Syndrome)
IBS (Inflamatori Bowel Syndrome)
Lymphositic Plasmacytic Inflamatori Bowel Disease
Colitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Lymphocytic-plasmacytic colitis, biasa dijumpai pada anjing. Penyebab pastinya belum jelas, mungkin disebabkan karena reaksi yang berlebihan dari sistem imun.
Histiocytic ulceratif colitis, dicirikan dengan adanya ulcer dan radang pada colon. Dijumpai pada anjing Boxer muda.
Granulomatous colitis, tidak diketahui secara pasti. Granulomatous merupakan tipe sel radang yang ditemukan pada radang Colon ini.
Eosinophilic colitis, dicirikan dengan adanya eosinophil pada radang, yaitu tipe sel darah putih yang dijumpai karena adanya reaksi alergi makanan atau karena infeksi parasit.
Etiologi:
Traumatik : dari faktor internal, karena benda asing dan materi atau benda yang bersifat abrasif. Ada sebagian anjing yang secara tidak sengaja makan rumput dan jerami. Serat yang tidak dapat dicerna dari makanan ini dapat mengiritasi usus besar. Faktor eksternal misalnya karena trauma benda tumpul, misalnya karena tertabrak mobil.
Uremia
Alergi, karena diet protein dan mungkin karena protein pada bakteri.
Karena penyebab radang atau reaksi imun. Seperti Lymphoplasmacytic, eosinophilic, granulomatous, dan histiocytic.
Umur dan jenis kelamin tidak menentukan atau tidak berhubungan dengan Colitis, kecuali Histiocytic ulcerative cilitis yang lebih sering menyerang anjing Boxer muda.
Karena infeksi :
  1. Bakteri : Clostridia, Salmonela, E.coli, Campylobacter, dan yang lain.
  2. Virus : Corona virus, dan pari virus.
  3. Agen Jamur : Agen penyebab Histoplasmosis, pythiosis, dan protothecosis.
  4. Parasit cacing : cacing cambuk dan cacing kait.
  5. Parasit protozoa : Trichomonas, Amoeba, Balantidium, dan Giardia.
Diet intoleran atau reaksi alergi. Dalam kasus ini, Colitis sering terjadi reaksi pada spesifik protein, tapi juga dapat dihubungkan dengan laktosa, lemak yang tinggi dan makanan tambahan tertentu.
Diet yang tidak baik, misalnya makanan yang sudah basi, makan yang berlebihan, makan benda asing yang tercampur dalam makanan, serta perubahan diet yang mendadak.
Pancreatitis (radang pada prancreas), menyebabkan adanya darah dan mukus pada feses.
Gangguan pembekuan darah, karena gangguan fungsi hati, beberapa racun tikus, dan rendahnya total platelet (Thrombocytipenia) dapat menyebabkan adanya darah dalam feses.
Gejala Klinis
  • Sejarah penyakit
  • Perubahan konsistensi feses dari normal menjadi agak cair
  • Tingginya defekasi dengan volume yang sedikit
  • Fomitus dijumpai pada 30% anjing
  • Diare kronis sering dengan mukus atau jarang
  • Anjing dengan istiocytic ulseratif colitis sering menunjukkan pengurangan berat badan dan anoreksia
  • Penurunan berat badan
  • Penurunan nafsu makan
Diagnosa
Tes diagnosa dilakukan untuk mengidentifikasi colitis dan membedakan dengan penyakit lain. Pemeriksaan secara lengkap dari sejarah individu, dengan menggunakan pengujian rektal dan abdominal palpasi adalah langkah pertama untuk melakukan diagnosa yang akurat. Pemeriksaan feses terhadap anjing yang diduga menderita colitis, dilakukan untuk mengevaluasi telur dari adanya predileksi dari cacing dan membedakan dengan protozoa. Parasit adalah salah satu penyebab colitis paling sering dalam kasus colitis pada anjing.
Pemeriksaan darah juga perlu dilakukan untuk mendukung adanya infeksi atau radang dengan mengidentifikasi sel darah putih, untuk mengetahui adanya anemia karena kehilangan darah secara kronis yang terbawa dalam feses yang sering terjadi pada kasus colitis.
Diagnosa dapat juga dilakukan dengan pengujian serum secara biokimia, Test urinasi dapat dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan abdomen dengan menggunakan sinar-X juga dapat membantu untuk mengetahui adanya abnormalitas organ limpa nodus dan kelenjar prostat yang mungkin dapat menekan colon yang kemungkinan dapat menyebabkan gejala colitis. Pemeriksaan dengan sinar-X direkomendasikan terhadap anjing tua yang diduga menderita kanker, sehingga perlu dilakukan evaluasi apakah terjadi metastasis.
Uji terhadap serum trypsin like immunoreactivity diperlukan untuk membantu diagnosa terhadap anjing yang menderita colitis kronis. Uji ini akan membantu identifikasi adanya kerusakan pada pancreas.

Histomoniasis
Hospesnya adalah hewan unggas seperti kalkun dan ayam, lokasi infeksinya pada sekum dan hati. Spesiesnya yaitu Histomonas melagridis.
Gejala Klinis
Penyakit ini terjadi/ menyerang kalkun muda, tetapi kalkun dan ayam lebih tua juga terinfeksi. Gejala klinis pertama terjadi 1-3 minggu setelah ingesti, lemah lesu, sayap terkulai dan bulunya kusam. Karakteristik khusus adalah penampilan feses kuning belerang. Unggas menjadi semakin lemah dan kematian terjadi seminggu setelah gejala pertama (Hall, 1987).
Diagnosis
Penampakan/kemunculan feses yang berwarna kuning belerang dan karakteristik sekum dan lesi hati adalah diagnosa umum. Penegasan didapatkan dari adanya protozoa Histomonas pada lesi hati, dimana mereka terlihat pada perifer lesi, atau hasil kikisan dari jaringan sekum, atau dari feses didalamnya.

Nekropsi: sekum dan hati terlihat lesi. Ada perbesaran sekum dengan penebalan dan inflamasi hebat pada dinding sekum, mukosa mengelupas dan digantikan oleh area nekrosis. Hati membengkak dan menunjukkan area nekrosis berukuran 0,5-2 cm, berwarna coklat tua, sering dengan perimeter kekuningan, permukaan area nekrosis hampir menekan hati ke bawah (Hall, 1987).

Avian Trichomoniasis
Hospesnya adalah unggas dimana lokasi infeksinya pada saluran pencernaan (sekum dan kolon T. galinarum dan T. eberthi). Spesies yang menyerang adalah Trichomonas gallinae, Trichomonas galinarum dan Trichomonas eberthi.
Gejala Klinis
Unggas yang terinfeksi menunjukkan jengger kehitaman, kehilangan berat badaan, depresi, keluar liur dari mulut dan keluar bau busuk. Gejala yang disebabkan oleh T. galinarum dan T. eberthi biasanya melibatkan protozoa lainnya (Hall, 1987).
Diagnosis
Diagnosis ditegaskan oleh tes laboratorium. Necropsi: infeksi T. gallinae menyebabkan ulcer dalam tembolok, meluas ke esofagus dan proventrikulus. Ulcer menembus ke dalam organ tubuh sedalam 3-4 mm. T. galinarum menyebabkan lesi di hati yang mirip lesi yang ditemukan pada infeksi histomoniasis (Hall, 1987).



DAFTAR PUSTAKA


Beaver, P.C.; Jung, R.C; Cupp, E.W.; Clinical Parasitology, Lea & Febiger, Philadelphia, 5th edition, 1984, 35-220

Hall, H.T.B., 1987. Diseases and Parasites of Livestock in the Tropics 2nd Edition. England

Soulsby E.J.L. 1982. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. The ELBS & Bailliere Tindall. London

Urquhart G.M.,; Armour J.,; Duncan J.L.,; Dunn A.M.,; and Jennings F.W. 1987. Veterinary Parasitology, ELBS, England.

www.vetklinik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar